BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum sebagai yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan Kesehatan tersebut diselenggarakan dengan berdasarkan kepada Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sebagai pelaku dari pada penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah masyarakat, pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota), badan legislatif serta badan yudikatif. Dengan demikian dalam lingkungan pemerintah baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus saling bahu membahu secara sinergis melaksanakan pembangunan kesehatan yang terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam upaya bersama-sama mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (Depkes RI, 2008)
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya melaksanakan pelayanan kesehatan yaitu setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. (Asrul Azwar, 1996).
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek yang berperan dalam penciptaan derajat kesehatan yang merata kepada seluruh masyarakat sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pembangunan kesehatan yaitu terwujudnya masyarakat yang mendiri untuk menggapai pelayanan kesehatan dan berperilaku hidup sehat. (Depkes RI, 2003).
Salah satu bentuk upaya penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan Puskesmas, karena Puskesmas merupakan pusat pembangunan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan masyarakat yang bermutu, merata, terjangkau dengan peran masyarakat secara aktif Tuntutan masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas semakin kompleks sebagai dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari hasil pembangunan nasional bangsa Indonesia. Masyarakat semakin peka terhadap pemanfaatan Puskesmas yang bermutu sehingga tahu haknya tentang pemanfaatan Puskesmas yang seharusnya mereka terima. ( Depkes RI, 2003)
Terkait dengan hal tersebut diatas, Puskesmas juga melaksanakan upaya-upaya kesehatan berupa Promotif, Prefentif, Kuratif dan Rehabilita yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya tersebut diharapkan terwujud tujuan pembangunan kesehatan yaitu tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. (Depkes RI, 2008)
Sebagai upaya untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat, maka setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki lebih dari satu Puskesmas untuk seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit. Puskesmas pembantu sebanyak 21.267 unit. Puskesmas keliling sebanyak 6.392 unit. Dengan demikian setiap 100.000 penduduk Indonesia rata – rata dilayani 3 atau 5 Puskesmas (Depkes RI, 2008)
Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar telah terdapat di semua kecamatan dan di tunjang oleh tiga Puskesmas Pembantu namun upaya peningkatan belum dapat di jangkau oleh seluruh masyarakat, diperkirakan hanya sekitar 30 % penduduk yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. (Depkes RI, 2008)
Untuk Propinsi Sulawesi Selatan rata-rata kunjungan Puskesmas perhari sebanyak 43 kunjungan perbulan. Puskesmas dengan Frekuensi kunjungan sebanyak 2,45 kali. Sedangkan kunjungan Puskesmas keseluruhan rata-rata 27 kunjungan dengan frekuensi sebanyak 2,6 kali. (Kanwil SUL-SEL 2005).
Masalah kesehatan pokok yang dihadapi di Sulawesi Selatan adalah tingginya persentase jumlah penduduk yang menderita sakit selama sebulan antara 8-14 hari sebesar 8,37% dan antara 22-30 hari sebesar 6,90% angka ini berada diatas rata-rata nasional yang berkisar 7,32% dan 4,60% (BPS 2005). Rata-rata kunjungan Puskesmas perbulan sebanyak 1.275 dengan rata-rata 51 kunjungan perhari. (Depkes Sul-Sel, 2006). Dan Kunjungan Puskesmas di Kabupaten Pinrang pada tahun 2008 dari 12 Puskesmas sebanyak 134.738 orang, Di tahun 2009 dari 15 Puskesmas Sebanyak 213.450 orang. (Dinkes Kab. Pinrang, 2009).
Khusus untuk kecamatan Patampanua yang di jadikan lokasi penelitian sesunguhnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan juga cukup tinggi namun masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas Teppo masih kurang, Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang ini terlihat bahwa kunjungan di tahun 2007 sebanyak 15.220 orang. pada tahun 2008 sebanyak 15.960 orang. Dan di tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 15.532 orang. (PKM Teppo, 2009)
Dari data tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengetahui dan melakukan penelitian terhadap karakteristik masyarakat yang datang dan memanfaatkan Puskesmas Teppo sebagai sarana pelayanan kesehatan.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terlihat bahwa faktor yang berkaitan dalam pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat adalah tenaga, perilaku, program pelayanan, fasilitas, letak puskesmas, sumber daya, pendidikan, pendapatan, jarak, dan pekerjaan. Oleh karena keterbatasan waktu, referensi dan sumber daya, maka penulis hanya meneliti pada faktor fasilitas, pendidikan dan pekerjaan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian pada latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian ini dibentuk pertanyaan peneliti sebagai berikut :”Bagaimanakah gambaran karakteristik masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan Puskesmas di Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang “?
D. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran karakteristik masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan Puskesmas di Kecamatan Patampanua.
b. Tujuan Khusus
1 Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek fasilitas yang tersedia di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.
2. Untuk Mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek pendidikan di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.
3. Untuk Mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek pekerjaan di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
a. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dan mahasiswa.
b. Sebagai bahan kajian ilmiah yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat yang telah diperoleh selama pendidikan atau kuliah.
3. Manfaat institusi
Penelitian ini merupakan salah satu sumber informasi dan masukan bagi Puskesmas Teppo dan Depertemen Kesehatan Tentang beberapa karekteristik yang mempengaruhi masyarakat terhadap upaya kesehatan bagi Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Karakteristik Masyarakat.
1. Pengertian Masyarakat
J P Gilling memberikan defenisi bahwa masyarakat adalah kelompok masyarakat yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. (Hamka napma, et al, 1997). Sedangkan menurut Soerdjono Soekarto mengatakan masyarakat adalah menujuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal diseluruh wilayah (geografi) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayannya. (Nasrun Efendi, 1996).
Horton dan Hunt (2006:59) mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang secara bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.
Abdulsyani (2007:14) menyebutkan beberapa definisi mengenai masyarakat (Society) dari beberapa tokoh sebagai berikut:
a. Mac Iver dan Page, mengatakan bahwa, “masyarakat adalah suatu system kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Keseluruahan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Dan masyarakat selalu berubah”.
b. Ralph Linton mengatakan bahwa, “masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai sesuatu kekuatan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”.
c. Dalam buku Sosiologi kelompok dan Masalah Sosial (Abdulsyani, 1987) dijelaskan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan tersendiri.
d. Hassan Shadily mendefinisikan masyarakat sebagai suatu golongan besar kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
e. M.J. Herskovits mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Interaksi diantara sesama masyarakat.
2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu.
3. Saling tergantungan dengan yang lainya.
4. Memiliki adat dan kebudayaan tertentu.
5. Memiliki identitas bersama.
2. Karakteristik Masyarakat.
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat di generalisasikan pada kehidupan masyarakat desa. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan :
a. Sederhana.
Sebagian besar Masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan, Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal :
1) Secara ekonomi memang tidak mampu.
2) Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
b. Mudah curiga
Secara umum, Masyarakat desa akan menaruh curiga pada :
1) Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
2) Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”
c. Menjunjung tinggi Kesopanan.
Sebagai orang timur, Orang desa sangat menjungjung tinggi kesopanan apabila :
1) Bertemu dengan tetangganya.
2) Berhadapan dengan pejabat.
3) Berhadapan dengan orang yang telah tua/dituakan
4) Berhadapan dengan orang yang telah mampu secara ekonomi.
5) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya.
d. Kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.
e. Lugas.
Berbicara apa adanya itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa, mereka tidak peduli apakah ucapanya menyakitkan atau tidak bagi orang, Kejujuran, itulah yang mereka miliki.
f. Tertutup dalam hal keuangan.
Besarnya masyarakat desa akan menutup diri manakalah ada orang yang bertanya tentang sisi ekonomi keluarga, Apabila jika orang tersebut belum begitu dikenalnya.
g. Perasaan “minder” terhadap orang kota.
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masyrakat desa, baik secara langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong.
h. Menghargai orang lain.
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimnya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.
i. Jika diberi janji, akan selalu diingat.
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapakan seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.
j. Suka Gotong royong.
Salah satu cirri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampiri seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong.
k. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi didesa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme mesyawarah untuk mufakat.
l. Religius.
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius, artinya dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya, Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuangsa keagamaan.
Karakteristik tersebut, pada saat ini tidak bias digenerasikan bagi seluruh warga masyarakat desa ini disebabkan oleh adanya perubahan sosial religius yang begitu besar pengaruhnya dalam tata pranata kehidupan masyarakat pedesaan. Dampak yang telah meliputi aspek agama, ekonomi, sosal politik, budaya dan pertahanan keagamaan. (http://prayudi.staff.uii.ac.id)
B. Tinjauan Umum Tentang Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara kesatuan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat (Azrul Azwar, 1996).
Syarat pokok pelayanan kesehatan adalah :
1 Tersedia dan berkesinambungan.
Artinya, semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat.
2. Mudah dicapai
Ketercapaian yang dimaksud terutama dari sudut lokasi yaitu berapa daerah yang mudah dicapai oleh masyarakat umum.
3. Dapat diterima dengan wajar
Pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta bersifat wajar.
4. Mudah dijangkau
Keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut biaya, yaitu biaya pelayanan kesehatan diupayakan sesuai dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat.
5. Bermutu/berkualitas
Ditinjau dari tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggrakan dari satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayan kesehatan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu memperhatikan berbagai aspek kehidupan dari berbagai pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan kemudian antara setiap strata dengan strata lain dibagi beberapa strata untuk kemudian antara setiap strata dengan strata lain diikat dalam suatu mekanisme hubungan kerja sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan yang terpadu.
Secara umum berbagai strata ini dikelompokan menjadi tiga macam. ( Azrul Azwar.1996) yaitu :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health) adalah pelayanan yang bersifat pokok (basic health), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out pasien services).
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua.
Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secoundary health services) adalah pelayanan tingkat lanjut, telah bersifat rawat inap (in patien services) dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services) adalah pelayanan kesehatan yang bersifat kompleks yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub spesialis.
Pelayanan kesehatan mencakup komponen pelayan medis dan pelayanan penuh medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap sesuai dengan perkembangan pelayanan kesehatan terutama pelaksanaan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilksanakan secara terpadu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan.
C. Tinjauan Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Supriyanto (1998) bahwa pemanfaatan pelayanan Puskesmas adalah penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara bersama sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat (Azrul Azwar, 1996).
WHO mengemukakan beberapa faktor perilaku yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, yakni:
1. Pemikiran dan perasaan (Throughts and Feeling), dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan kepercayaan dan perilaku seseorang terhadap pelayanan kesehatan.
2. Orang penting sebagai referensi (Personal Reference), perilaku seseorang itu lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang yang dianggap penting/ berpengaruh besar terhadap dorongan penggunaan pelayanan kesehatan.
3. Sumber sumber daya (Resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang baik positif maupun negatif.
4. Kebudayaan (Culture), norma norma yang ada di masyarakat dalam kaitannya dengan konsep sehat sakit.
Sedangkan menurut J.Hanlon, pemanfaatan pelayanan kesehatan. dipengaruhi oleh (Juanita, 1997):
a. Tersedianya sumber daya
b. Pendapatan keluarga
c. Jarak tempat tinggal dari pusat pelayanan
d. Persepsi sehat dari penerima dan pemberi pelayanan
Upaya pencarian pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan gambaran perilaku pola pemanfaatan pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang dapat menggambarkan tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan di puskesmas dapat dilihat dengan menggunakan beberapa indikator, antara lain beberapa kunjungan perhari buka puskesmas dan frekuensi kunjungan puskesmas. (BPS RI 1999).
Hal ini berarti dengan meningkatnya kunjungan Puskesmas disebabkan adanya kesadaran individu dan masyarakat itu sendiri untuk mencapai serta mendapatkan pelayanan kesehatan dari fasilitas kesehatan yang pemerintah siapkan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu, jarak, biaya, pengetahuan, fasilitas, kelancaran hubungan antara dokter dengan klien, kualitas pelayanan dan konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoadmojo, 2003).
Banyak faktor yang berperan dalam hal penggunaan Puskesmas. Faktor tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu yang berasal dari Puskesmas itu sendiri dan faktor yang berasal dari masyarakat. (Saifuddin, FD 1995).
1. Dari Segi Puskesmas
Faktor yang berasal dari Puskesmas adalah faktor tenaga, perilaku petugas, program pelayanan, fasilitas yang tersedia, letak puskesmas, dan sumberdaya yang tersedia.
a. Faktor Tenaga.
Faktor tenaga sangat menentukan terlaksananya suatu program yang ada di puskesmas. Pada saat ini hampir semua puskesmas dan rumah sakit kekurangan tenaga perawat selain jumlahnya kurang mutunya sering dikeluhkan masyarakat. (Broto Wasisto, 1997). Demikian pula tenaga dokter yang menjadi tulang punggung bagi setiap Puskesmas dalam memberikan pelayanan bagi setiap masyarakat.
Pada tahun 1990 secara umum dokter yang bekerja di sarana-sarana pelayanan kesehatan jumlahnya sudah cukup memadai hanya di pulau jawa-bali dan 23 % di DKI (Broto Wasisto, 1994). Kecukupan tenaga dokter pada masyarakat dapat dilihat dari indicator jumlah dokter per 100.000 penduduk. Secara nasional pada tahun1995 sebesar 10,38 per 100.000 penduduk. Sedangkan di Sulawesi Selatan pada tahun 1997 jumlah dokter (tidak termasuk dokter gigi) sebanyak 943 orang dengan ratio sekitar 3 orang dokter melayani 30.000 penduduk. (Kanwil Kes Sul sel, 2000).
Bila dilihat ratio dokter per penduduk diatas, idealnya setiap Puskesmas harus mempunyai 3 Orang dokter umum, tetapi kenyataanya di lapangan hal ini tidak demikian karena masih ada beberapa puskesmas di Sulawesi Selatan terutama di daerah terpencil yang tidak memiliki dokter walaupun pemerintah telah mengangkat dokter sebagai pegawai tidak tetap (PTT) untuk di tempatkan di daerah terpencil dan sangat terpencil.
b. Perilaku Petugas.
Yang tidak kalah pentingnya selain faktor tenaga adalah perilaku petugas baik/ramah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Maka masyarakat akan cenderung memanfaatkan Puskemas dalam pemeliharaan kesehatannya. Perilaku petugas kesehatan merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan mutu pelayanan. (Azrul Azwar, 1996).
Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang baik maka hubungan pelayanan kesehatan dengan pasien harus dijalin dengan baik. Amat diharapkan setiappetugas kesehatan dapat berusaha memberikan perhatian yang cukup kepada pasiennya secara pribadi dan memberikan pelayanan yang penuh dan mendengarkan keluhan pasien serta menjawab dan memberikan keterangan sejelas – jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui (Azwar, 1996)
c. Program Pelayanan
Dalam sistem kesehatan masyarakat disebut bahwa upaya pelayanan kesehatan dilaksanakan dan di kembangkan berdasarkan suatu bentuk atau pola upaya kesehatan puskesmas. Pelayanan kesehatan melalui puskesmas di kecamatan marupakan pelayanan kesehatan puskesmas menyeluruh dan terpadu maliputi (Palutturi, 2005)
1. Kuratif (pengobatan)
2. Preventif (pencegahan)
3. Promotif (peningkatan kesehatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
d. Fasilitas yang tersedia.
Fasilitas adalah segala hal yang memudahkan perkara atau kelancaran tugas (Kamus Bahasa Indonesia, 1990). Fasilitas sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan, kelengkapan fasilitas sangat mempengaruhi beban kerja seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Fasilitas merupakan alat atau sarana yang dibutuhkan seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Tenaga perawat sebagai tulang punggung rumah sakit membutuhkan fasilitas dalam mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Perawat lebih mudah menyelesaikan tugasnya apabila didukung dengan fasilitas yang lengkap.
ketersediaan tenaga yang meliputi tenaga dokter, tenaga apoteker, tenaga laboratorium, tenaga gizi, perawat dan bidan yang dapat menjalankan tugas sesuai dengan kompetensi masing-masing serta ketersediaan peralatan medis dan obat-obatan serta pengelolaan rekam medik yang baik menjadikan Puskesmas dapat memberikan pelayanan secara berkesinambungan
Fasilitas Puskesmas yang harus ada adalah meliputi stetoscope, tensimeter, termometer dan alat penunjang yang lain seperti, alat pemeriksaan laboratorium, alat pemeriksaan dahak dan lain-lain. Peralatan yang tersedia atau diperkirakan akan tersedia dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok akan mempengaruhi kualitas pelayanan petugas. Makin tinggi mutu peralatan yang digunakan dan tersedia dalam jumlah yang memadai dapat mengakibatkan peningkatan kinerja petugas (Badan Kepegawaian Nasional, 2001).
d. Letak Puskesmas
Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari tempat tinggal baik jarak secara fisik maupun secara psikologis, tentu tidak mudah dicapai (Azrul Aswar, 1994).
Jarak dapat mempengaruhi frekuensi kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan, makin dekat tempat tinggal dari tempat pelayanan kesehatan makin besar jumlah kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan tersebut, begitu pula sebaliknya, makin jauh jarak rumah dari tempat atau pusat pelayanan kesehatan maka makin kecil pula jumlah kunjungan ke pusat pelayanan tersebut (Singarimbun, 1985).
Masyarakat di daerah pedesaan cenderung untuk memanfaatkan pelayanan dukun karena mudah dijangkau baik secara fisik maupun psikologis, bahkan dukun dapat dipanggil kerumah (Adik Wibowo, 1994)
e. Sumber daya yang tersedia.
Sumber daya yang tersedia. sangat mendukung terlaksananya program yang ada di Puskesmas Pengembangan tenaga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan tenaga baik pengetahuan, keterampilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang di berikan kepadanya (Hasibuan 2000).
Pengembangan manajemen sumber daya sebagai salah satu unsur dalam pengembangan kesehatan sangat penting sebab kompetisi antara organisasi maupun negara bukan lagi terletak pada sumber daya alam dan modal yang di miliki tetapi telah bergeser pada sumber daya manusia yang mengelola sumber daya lainnya. ( Ilyas 2001)
- Dari Segi Masyarakat.
Faktor yang berasal dari masyarakat dalam pemanfaatan Puskesmas cukup banyak dan saling berkaitan satu dengan yang lainya. Faktor tersebut antara lain, pendidikan, pendapatan, jarak, pekerjaan.
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan dasar dalam pengembangan wawasan serta untuk memudahkan bagi seseorang untuk menerima pengetahuan sikap dan perilaku yang baru. Tingkat pendidikan formal yang pernah diperoleh seseorang akan meningkatkan daya nalar seseorang dan jalan untuk memudahkan seseorang untuk menerima motivasi. (Rusli Ngatimin, 1997).
Di Indonesia tingkat pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pendidikan formal adalah yang dapat melalui proses belajar yang diatur dan sadar dilakukan sejak tingkat rendah sampai tingkat yang lebih tinggi.
2. Pendidikan informal adalah yang diperoleh dari seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sejak lahir sampai mati dalam keluarga, pekerjaan atau pengalaman.
3. Pendidikan non formal yang teratur dengan dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti aturan yang tetap dan ketat atau pendidikan yang berlangsung dalam mayarakat. (Notoatmojo, 1993).
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia membangun kepribadian sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan manusia. Proses pendidikan dapat dikatakan berjalan sepanjang manusia untuk melestarikan hidupnya.
Pendidikan adalah suatu proses pengembangan kepribadian dan intelektual seseorang secara sadar dan penuh tanggung jawab dengan sasaran pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.
b. Pendapatan
Tingkat pendapatan yang memadai akan memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar untuk datang kepasilitas kesehatan, memeriksakan diri, serta mengambil obat. Hal ini dapat dihubungkan dengan biaya transport yang dimiliki. Jadi dari tingkat pendapatan yang memadai dapat diharapkan penderita akan berobat secara teratur walaupun jarak ketempat pelayanan kesehatan jauh. (Arsyad puji, 1997).
c. Jarak
Sulitnya pelayanan kesehatan yang dicapai secara fisik mementukan permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Jarak fisik adalah jarak antara tempat tinggal responden dengan puskesmas hal ini juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Makin besar jumlah kunjungan ke pusat pelayanan tersebut. Begitu pula sebaliknya makin jauh rumah dari pusat pelayanan kesehatan, maka kecil pula jumlah kunjungan kepusat pelayanan kesehatan. (Azwar, 2003).
d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah penduduk yang potensial dapat bekerja, yang dapat memproduksi barang atau jasa ada permintaan terhadap tenagamereka mau berpatisipasi dalam rangka aktifitastersebut. Menurut Labor Force Consepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka bekerja penuh maupun tidak. Pekerjaan adalah suatu yang dialakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah. (Poorwarmita, 1985).
Jenis pekerjaan menurut ISCO (International Standar Forclassification Of Occupation) adalah :
1. Profesional ahli-ahli teknik dan sejenis.
2. Kepemimpinan dan ketatalaksanaan.
3. Administrasi, tata usaha dan lain-lain.
4. Penjual.
5. Jasa.
6. Petani.
7. Produksi dan sejenis operator alat pengangkutan dan lain-lain
Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Lapangan pekerjaan menurut ISIC (International Standar for Industrial Classification) terdiri atas :
a. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan.
b. Pertambangan dan penggalian.
c. Industri pengolahan.
d. Listrik, Gas dan cair.
e. Bangunan.
f. Perdagangan rumah makan dan hotel.
g. Angkutan, penyimpanan, komonikasi.
h. Keuangan, Asursnsi dan perdagangan.
i. Jasa-jasa kemasyarakatan.
j. Kegiatan yang belum jelas.
Budaya yang masih sulit diubah menimbulkan masih adanya ketidak percayaan terhadap pengobatan modern disebabkan karena masyarakat masih mempertahankan pengobatan tradisonal seperti ke dukun. Di samping itu juga disebabkan oleh pencarian pelayanan kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh ketedangkauan masyarakat. Sebagaian besar pengguna pelayanan kesehatan adalah mereka yang jaraknya dekat dengan pusat pelayanan kesehatan.
Segi waktu juga merupakan hal yang sangat penting dalam permintaan pelayanan apalagi bila dikaitkan dengan waktu yang hilang dalam mencari nafkah atau berkurangnya jam kerja. Lama waktu yang digunakan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dapat berarti kehilangan dalam segi pendapatan (time cost). Waktu cenderung mengurangi permintaan terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan (Razak, 2000).
D. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
Puskesmas adalah Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).
Puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian (Aswar, 1996).
Menurut Pedoman Kerja Puskesmas Depkes RI adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
1. Visi dan Misi Puskesmas
a. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat Menuju Terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta, derajat kesehatan penduduk kecamatan.
b. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan, nasional. Misi tersebut adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah kerjanya.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, kemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
2. Fungsi Puskesmas
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan kesinambungan.
3. Upaya Kesehatan Puskesmas
a. Upaya kesehatan Wajib terdiri dari :
1) Upaya promosi kesehatan.
2) Upaya kesehatan lingkungan.
3) Upaya kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga berencana.
4) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
5) Upaya pengobatan.
b. Upaya Kesehatan Pengembangan terdiri dari :
1) Upaya Kesehatan Sekolah.
2) Upaya Kesehatan Lingkunagan.
3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4) Upaya Kesehatan Kerja.
5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
6) Upaya Kesehatan Jiwa, Mata, dan Usia lanjut.
7) Upaya Pembinaan dan Pengobatan Tradisional.
E. Tinjauan Umum Tentang Variabel yang Diteliti
1. Fasilitas
Fasilitas adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama / pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Fungsi fasilitas pelayanan itu antara lain :
a. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat menhemat waktu.
b. Meningkatkan produktivitas, baik barang maupun jasa.
c. Kualitas prodiuk yang lebih baik/terjamin.
d. Ketetapan susunan dan stabilitas ukuran terjamin.
e. Lebih mudah / sederhana dalam gerak para pelakunya.
f. Menimbulkan rasa kenyamanan begi orang – orang berkepentingan.
g. Menimbulkan rasa puas pada orang – orang yang berkepentingan sehingga dapat mengurangi fisat emosional mereka.
Oleh karena itu, peranan pelayanan kesehatan sangat penting disamping sudah tentu peranan unsur manusianya sendiri (Moenir, 2001).
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan dasar dalam pengembangan wawasan serta untuk memudahkan bagi seseorang untuk menerima pengetahuan sikap dan perilaku yang baru. Tingkat pendidikan formal yang pernah diperoleh seseorang akan meningkatkan daya nalar seseorang dan jalan untuk memudahkan seseorang untuk menerima motivasi. (Rusli Ngatimin, 1997)
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah penduduk yang potensial dapat bekerja, yang dapat memproduksi barang atau jasa ada permintaan terhadap tenagamereka mau berpatisipasi dalam rangka aktifitastersebut. Menurut Labor Force Consepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka bekerja penuh maupun tidak. Pekerjaan adalah suatu yang dialakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah. (Poorwarmita, 1985).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran Variabel yang diteliti
Meningkatnya kunjungan Puskesmas disebabkan adanya kesadaran individu dan masyarakat itu sendiri untuk mencapai serta mendapatkan pelayanan kesehatan dari fasilitas kesehatan yang pemerintah siapkan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu, jarak, biaya, pengetahuan, fasilitas, kelancaran hubungan antara dokter dengan klien, kualitas pelayanan dan konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoadmojo, 2003).
Menurut Saifuddin, FD 1995 faktor yang berperan dalam hal penggunaan Puskesmas. Faktor tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu yang berasal dari Puskesmas itu sendiri dan faktor yang berasal dari masyarakat Faktor yang berasal dari Puskesmas adalah faktor tenaga, perilaku petugas, program pelayanan, fasilitas yang tersedia, letak puskesmas, dan sumber daya yang tersedia. Dan faktor yang berasal dari masyarakat dalam pemanfaatan Puskesmas cukup banyak dan saling berkaitan satu dengan yang lainya. Faktor tersebut antara lain, pendidikan, pendapatan, jarak, pekerjaan. Beberapa Aspek Variabel Penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Fasilitas.
Salah satu hal yang juga mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah fasilitas pelayanan. Fasilitas pelayanan yang lengkap dan baik dapat memberikan kenyamanan pada pasien serta mempengaruhi kepercayaan pasien dalam hal pelayanan kesehatan. Indikatornya adalah Fasilitas tersebut meliputi penampilan fisik bangunan, peralatan medis maupun non medis.
2. Pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang dapat menentukan perminataan (demand) kesehatan, tinggi rendahnya permintaan terhadap pelayanan kesehatan Puskesmas dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan. Indikatornya adalah pendidikan terakhir, berpendidikan rendah tetap memanfaatkan Puskesmas, dan tahu manfaat pelayanan Kesehatan.
3. Pekerjaan.
Bekerja atau tidaknya seseorang akan turut berpengaruh demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, semakin baik jenis pekerjaan dari seseorang semakin tinggi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Indikatornya adalah mempunyai pekerjaan tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan walaupun harus meninggalkan pekerjaan.
B. Kerangka Konsep
Berdasarkan dasar pemikiran penelitian di atas, pola variabel penelitian disusun sebagai berikut :
|
|
Struktur Variabel :
: Variabel yang Tidak Diteliti.
: Variabel Yang Diteliti.
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pemanfaatan pelayanan Puskesmas pada penelitian ini adalah digunakannya pelayanan puskesmas oleh masyarakat untuk berobat dan memeriksakan kesehatannya.
Kriteria Objektif
Memanfaatkan : Bila responden memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas ≥ 3 kali.
Tidak memanfaatkan : Bila responden memanfatkan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Kurang dari 3 kali. (Kanwil Sul-Sel, 2005)
- Fasilitas.
Pernyataan responden tentang hal – hal yang berkaitan dengan kondisi fisik bangunan Puskesmas, kamar periksa, ruang tunggu dan alat kedokteran yang dilihat dari segi kondisinya serta pengaturanya.
Kriteria Objektif
Baik : Bila responden menyatakan sesuai dengan kondisi fasilitas yang tersedia dan lengkap.
Kurang : Bila responden menyatakan kurang sesuai dengan pernyataan di atas.
3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang sudah ditamatkan oleh responden.
Kriteria Objektif
Tinggi : Apabila responden telah tamat SLTP atau Sederajat.
Rendah : Apabila pendidikan responden tidak memenuhi kriteria diatas. (BPS, 2004)
4. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan utama keluarga dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.
Kriteria Objektif
Bekerja : Apabila responden memiliki pekerjaan tetap dapat di jadikan sebagai sumber penghasilan
Tidak Bekerja : Tidak memiliki pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan. (BPS, 2004)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran karakteristik masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian.
Lokasi penelitian di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang dan waktu penelitian ini di laksanakan pada tanggal 4 Agustus – 4 September 2010.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang sebanyak 31.541 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang datang berobat Penentuan besar sample sebagai berikut :
a. Penentuan Besar Sampel, (Notoadmodjo, 2002)
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan/Ketetapan yang diinginkan (0,05)
Jumlah Sampel dalam penelitian adalah sebanyak 394 Orang.
b. Metode Penarikan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik ”Purposive sampling” adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut :
a. Masyarakat yang datang berobat pada saat penelitian dengan kunjungan ≥ 3 kali.
b. Bersedia untuk diwawancarai.
c. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat atau keluarga pasien yang datang berobat di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan Kuesioner.
2. Data Sekunder.
Data ini diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian ini, antara lain Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab. Pinrang dan Instansi terkait lainya.
E. Pengolahan dan Penyajian Data.
Data di peroleh memakai computer dengan memakai SPSS, kemudian disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang disertai dengan narasi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang pada tanggal 4 Agustus – 4 September 2010 hasil penelitian ini diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan di sajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan disertai narasi.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dari 394 responden didapatkan bahwa :
- Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010
No | Umur (tahun) | n | % |
1 | 15-25 | 19 | 4.8 |
2 | 26-35 | 110 | 27.9 |
3 | 36-45 | 69 | 17.5 |
4 | 46-55 | 42 | 10.7 |
5 | >55 | 154 | 39.1 |
| Total | 394 | 100.0 |
Sumber : Data Primer
Tabel 5.1 menujukkan bahwa responden dengan kelompok umur >55 tahun mempunyai persentase tinggi, yaitu sebanyak 154 responden (39,%), sedangkan persentase terkecil adalah kelompok umur 15-25 tahun yaitu sebanyak 19 responden (4,8%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010
No | Jenis Kelamin | n | % |
1 | Laki-laki | 260 | 66 |
2 | Perempuan | 134 | 34 |
| Total | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Pada Tabel 5.2 di atas menujukkan bahwa dari 394 responden yang diteliti, jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki yakni 260 jiwa (66%) sedangkan perempuan 134 jiwa (34%).
c. Pekerjaan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010
No | Pekerjaan | n | % |
1 | Petani | 202 | 51.3 |
2 | PNS | 28 | 7.1 |
3 | Pedangang/Wiraswasta | 20 | 5.1 |
4 | Tidak Bekerja | 30 | 7.6 |
5 | Lain-lain | 114 | 28.9 |
| Total | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Tabel 5.3 di atas menjelaskan distribusi responden menurut pekerjaan yang ditekuninya. Dapat dilihat bahwa pada umumnya responden yang diteliti adalah mereka yang bekerja sebagai petani sebanyak 202 responden (51,3%) dan lain-lain sebanyak 114 responden (28,9%). Sisanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), pedagang, dan tidak bekerja.
d. Pendidikan
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010
No | Pendidikan | n | % |
1 | Tidak Sekolah | 51 | 12.9 |
2 | SD | 123 | 31.2 |
3 | SMP | 71 | 18.0 |
4 | SMA | 109 | 27.7 |
5 | Akademik/PT | 40 | 10.2 |
| Jumlah | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa persentase tertinggi untuk tingkat pendidikan responden adalah SD, yaitu sebanyak 123 responden (31,2%), sedangkan untuk jumlah dan persentase terkecil adalah responden dengan tingkat pendidikan akademik dan perguruan tinggi, sebanyak 40 responden (10,2%).
- Karakteristik Variabel Yang Diteliti
a. Pemanfaatan Puskesmas
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas Teppo di Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang
Tahun 2010
No | Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas | n | % |
1 | Memanfaatkan | 138 | 35 |
2 | Tidak Memanfaatkan | 256 | 65 |
| Total | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Tabel 5.5 menujukkan bahwa dari 394 responden, yang memanfaatkan Puskesmas untuk berobat 138 responden (35%), sedangkan Tidak memanfaatkan Puskesmas yaitu 256 responden (65%).
b. Pemanfaatan Puskesmas Di lihat Dari Tingkat Fasilitas
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Dalam Pemanfaatan Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010
No | Fasilitas | n | % |
1 | Baik | 147 | 37.3 |
2 | Kurang | 247 | 62.7 |
| Total | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Pada Tabel 5.6 menujukkan bahwa dari 394 responden, yang menyatakan baik sesuai dengan kondisi fasilitas yang tersedia sebanyak 147 responden (37,3%) sedangkan yang menyatakan kurang sesuai dengan kondisi fasilitas yang tersedia sebanyak 247 responden (62,7%).
c. Pemanfaatan Puskesmas dilihat Dari Tingkat Pendidikan
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Dalam Pemanfaatan Pelayanan Di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang
Tahun 2010
No | Pendidikan | n | % |
1 | Tinggi | 220 | 55.8 |
2 | Rendah | 174 | 44.2 |
| Total | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Dari tablel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 394 responden, yang berpendidikan tinggi memanfaatkan Puskesmas sebanyak 220 responden (55,8%) sedangkan yang berpendidikan rendah 174 responden (44,2%).
d. Pemanfaatan Puskesmas dilihat Dari Tingkat Pekerjaan
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Dalam Pemanfaatan Pelayanan Di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang
Tahun 2010
No | Pekerjaan | n | % |
1 | Bekerja | 250 | 78.4 |
2 | Tidak Bekerja | 144 | 21.6 |
| Total | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.8 diatas menujukkan bahwa dari 394 responden, yang bekerja adalah 250 responden (78,4%), Dan yang tidak bekerja 144 responden (21,6%).
3. Hasil Tabulasi Silang (crosstab) antara Variabel Independen terhadap Variabel Dependen.
a Pemanfaatan Puskesmas dilihat dari Tingkat Fasilitas
Distribusi responden sesuai pengumpulan data melalui kuesioner tentang Pemanfaatan Puskesmas berdasarkan data primer di Puskemas Puskesmas Teppo Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini :
Tabel 5.9
Distribusi Silang Responden Berdasarkan Tingkat Fasilitas Dengan Pemanfaatan Pelayanan Di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang
Tahun 2010
No | Fasilitas | Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas | Total | ||||
Memanfaatkan | Tidak Memanfaatkan | ||||||
n | % | n | % | N | % | ||
1 | Baik | 86 | 21,8 | 61 | 15,5 | 147 | 37,3 |
2 | Kurang | 52 | 13,2 | 195 | 49,5 | 247 | 62,7 |
| Total | 138 | 35 | 256 | 65 | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Tabel 5.9 menggambarkan bahwa jumlah responden yang menyatakan bahwa fasilitas dengan kriteria baik dengan yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebanyak 86 responden (21,8%), adapun jumlah responden yang tidak memanfaatkan pelayanan Puskesmas 61 (15,5%) dari 147 (37,3%) responden yang menyatakan fasilitas baik. Dan adapun responden yang menilai fasilitas dengan kriteria kurang dengan yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebanyak 52 (13,2%) responden. Dan responden yang tidak memanfaatkan Pelayanan Puskesmas sebanyak 195 (49,5%) dari 247 (62,7%) responden yang menyatakan kurang.
b. Pemanfaatan Puskesmas Dilihat Dari Tingkat Pendidikan
Tabel 5.10
Distribusi Silang Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang
Tahun 2010
No | Pendidikan | Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas | Total | ||||
Memanfaatkan | Tidak Memanfaatkan | ||||||
n | % | n | % | N | % | ||
1 | Tinggi | 144 | 36.5 | 76 | 19,3 | 220 | 55,8 |
2 | Rendah | 66 | 28,4 | 108 | 15,7 | 174 | 44,2 |
| Total | 210 | 65 | 184 | 35 | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa pendidikan responden dengan kriteria tinggi yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebanyak 144 (36.5%) responden. Dan responden yang tidak memanfaatkan pelayanan Puskesmas 76 (19,3%) dari 220 (55,8%) responden. Sedangkan pendidikan responden dengan kriteria rendah yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas 66 (28,4%) dan yang tidak memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebanyak 108 (15,7%) dari 174 (44,2%) responden.
c. Pemanfaatan Puskesmas Dilihat Dari Tingkat Pekerjaan
Tabel 5.11
Distribusi Silang Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Dengan Pemanfaatan Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010
No | Pekerjaan | Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas | Total | ||||
Memanfaatkan | Tidak Memanfaatkan | ||||||
n | % | n | % | N | % | ||
1 | Bekerja | 167 | 42,4 | 83 | 21,1 | 250 | 63,5 |
2 | Tidak Bekerja | 55 | 14,0 | 89 | 22,6 | 144 | 36,5 |
| Total | 222 | 65 | 172 | 35 | 394 | 100 |
Sumber : Data Primer
Tabel 5.11 diatas didapatkan bahwa pekerjaan responden dengan kriteria bekerja yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebanyak 167 (42,4%) responden. Dan responden yang tidak memanfaatkan pelayanan Puskesmas 83 (21,1%) dari 250 (63,5%) responden. Sedangkan responden dengan kriteria tidak bekerja 55 (14,0%) dan responden yang tidak memanfaatkan pelayanan Puskesmas 89 (22,6%) dari 144 (36,5%) responden.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang dari 4 Agustus – 4 September 2010, di dapatkan 394 responden untuk dijadikan sample dalam penelitian ini.
1. Pemanfaatan Puskesmas
Masalah Kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga maupun prilaku-prilaku kelompok masyarakat dalam banyak hal diantaranya adalah masalah kesehatan lingkungan, masalah gizi dan personal hygiene.
Upaya pencarian pengobatan bagi masyarakat merupakan gambaran perilaku pola pemanfaatan pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang dapat menggambarkan tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan.
Pada Tabel 5.5 menujukkan bahwa dari 394 responden yang memanfatkan Puskesmas untuk pengobatan/pelayanan kesehatan sebanyak 138 responden (35%) sedangkan yang tidak memanfaatkan Puskesmas 256 responden (65%). Alasan responden yang tidak memanfaatkan Puskesmas untuk berobat berpariasi di antaranya :
1. Berobat ke dukun.
2. Pelayanan tidak memuaskan.
3. Fasilitas yang masih kurang lengkap.
4. Berobat di Puskesmas Pembantu.
Lee (1983) dan Anwar Musadad (1999) menyebutkan bahwa pencarian pelayanan kesehatan ditentukan oleh kebutuhan yang dirasakan (perceived Need). Disamping itu pencarian pengobatan dipengaruhi oleh keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan masyarakat, tingkat kegawatan penyakit dan pengalaman pengobatan sebelumnya baik atas dasar pengalaman sendiri maupun orang lain serta atas dasar rujukan.
Menurut Rolaland Anderson dalam Amran Razak (2000), keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong (prodisposing), pemungkin (enabling) dan kebutuhan (Need). Adapun faktor-faktor predisposing mencakup faktor demografi, Struktur sosial dan kepercayaan terhadap keadaan sakit dan pelayanan medis. Komponen enabling menyangkut kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan berdasarkan sumber pendapatan keluarga sendiri, asuransi kesehatan dan sumber lainya. Dengan adanya kondisi-kondisi predisposing dan enabling menimbulkan kebutuhan (need) akan pelayanan kesehatan untuk mengetahui adanya penyakit dan kemungkinan terjadinya suatu penyakit.
World heal organizing (WHO) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam penggunaan pelayanan kesehatan adalah sumber-sumber daya (resources) yakni mencakup fasilitas, uang, waktu tenaga dan sebagainya semua itu berpengaruh yang positif maupun negative.
2. Fasilitas
Fasilitas adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama / pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu.
Aspek fasilitas pelayanan yang dimiliki juga merupakan salah satu hal penting yang juga bisa mempengaruhi tingkat kunjungan masyarakat ke suatu pelayanan kesehatan masyarakat. Fasilitas yang mencakup segala jenis peralatan, perlengkapan kerja tentu menjadi hal yang sangat vital terhadap kelancaran pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu instansi kesehatan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 394 responden menujukkan bahwa untuk pemanfaatan puskesmas berdasarkan aspek fasilitas pelayanan di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010. Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa pada 147 responden (37,3%) sudah menilai baik fasilitas yang ada di Puskesmas ini. mereka menganggap bahwa fasilitas yang telah disediakan oleh puskesmas ini sudah cukup baik dan cukup membantu kelancaran kegiatan puskesmas sehari-hari.
Namun, masih ditemukan sebanyak 247 responden (62,7%). yang masih menilai kurang fasilitas pelayanan yang disediakan puskesmas. Tabel 5.9 menujukkan bahwa dari 394 responden yang manilai fasilitas baik yang memanfaatkan sebanyak 86 responden (21,8%) dan yang menyatakan kurang sebanyak 52 responden (13,2%) dan yang tidak memanfaatkan yang menagatakan baik adalah 61 responden (15,5%) dan yang mengatakan kurang sebanyak 195 responsden (49,5%). ketersediaan fasilitas pelayanan mungkin ada, hanya saja responden ini menilai bahwa fasilitas yang ada kurang mendapatkan perawatan yang baik sehingga akhirnya berdampak pada ketidaknyaman pengunjung yang mencari pengobatan. Fasilitas pelayanan ini berupa peralatan dan perlengkapan Puskesmas seperti kursi tunggu, wc dan peralatan lainnya yang mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Endang Sri Redjeki di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang perilaku masyarakat dalam memanfaatakan fasilitas keehatan ditujukkan dengan adanya variasi perilaku. Tidak adanya pemanfaatan fasilitas kesehatan Sendiri saja. Medis saja atau Non medis dalam upaya penyembuhan penderita. Perilaku masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan ditujukkan dengan perilaku berganti atau meneruskan menggunakan lebih dari satu fasilitas. Fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan pertama kali pada umumnya dilakukan secara sendiri lebih dahulu.
3. Pendidikan
Pendidikan tentang kesehatan sedikit banyak akan mempengaruhi perilaku masyarakat didalam memiliki fasilitas pelayanan kesehatan untuk penyembuhan penyakitnya. Pendidikan sangat penting peranannya didalam memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap yang selanjutnya akan diikuti dengan tindakan didalam memiliki pelayanan kesehatan yang diyakini kemampuanya.
Pada Tabel 5.7 menujukkan dari 394 responden, yang berpendidikan tinggi memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas sebanyak 220 responden (55,8%), sedangkan yang berpendidikan rendah 174 (44,2%).
Pada table 5.10 didapatkan bahwa responden yang sering menggunakan pelayanan kesehatan dengan tingkat responden tinggi yaitu sebanyak 144 responden (36,5%), sedangkan untuk jumlah dan persentase pendidikan rendah dalam memanfatkan Puskesmas sebanyak 66 responden (28,4%), sedangkan pemanfaatan Puskesmas yang tidak memanfatkan dengan pendidikan tinggi adalah 76 responden (19,3%) dan pendidikan rendah 108 responden (15,7%).
Pengetahuan diperoleh untuk menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai kesehatan, karena dengan pengetahuan akan membantu masyarakat dalam memelihara dan menjaga kesehatan mereka pada tingkat sebaik baiknya. Dengan meningkatkan pengetahuan kebiasaan cara berobat yang biasa dilakukan yaitu dari pengobatan dukun beralih kepengobatan moderm (Puskesmas).
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Ahadul Zahir (1996) di Kecamatan Maros Baru terhadap penggunaan Puskesmas oleh masyarakat menujukkan bahwa tingkat pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap penggunaan Puskesmas. Kosa dan Robertson mengatakan perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kebudayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan, karena pada tiap individu mempunyai cara yang berbeda, meskipun gangguan kesehatan sama. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pencarian pengobatan di pengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pengetahuan, karena pengetahuan mempunyai peranan penting atau dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pemanfaatan Puskesmas. Apabila masyarakat tidak tahu manfaat pelayanan kesehatan, atau tidak ada manfaat yang dirasakan tentunya akan ditinggalkan dan beralih kepengobatan informal seperti dukun.
4. Pekerjaan
Pekerjaan kadang juga merupakan alasan bagi masyarakat untuk memutuskan apakah datang atau tidak ke Puskesmas untuk berobat. Banyak masyarakat yang datang ke Puskesmas karena latar belakang statusnya sebagai pegawai atau karyawan di suatu instansi, akan tetapi tidak sedikit pula masyarakat berobat ke Puskesmas dengan status pengangguran atau tidak punya pekerjaan. hak ini biasa dilihat apakah ada kaitanya pekerjaan seseorang dengan pemanfaatan pelayanan di Puskesmas.
Dari tabel 5.8 menujukkan bahwa dari 394 responden yang bekerja sebesar 250 responden (63,5%), sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 144 responden (36,5%).
Tabel 5.11 menujukkan bahwa responden yang sering menggunakan pelayanan kesehatan dengan yang bekerja adalah 167 responden (42.4%) dan tidak bekerja 55 responden (22.6%), sedangkan responden yang tidak memanfaatkan puskesmas dengan bekerja sebanyak 83 responden (21,1%) sedangkan yang tidak bekerja 89 responden (14,0%).
Hasil penelitian yang dilakukan Sudibyo Supardi (2008) tentang faktor-faktor berhubungan Dengan Perilaku Pasien Berobat Ke Puskesmas menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda beberapa variabel yang diduga berhubungan dengan perilaku pasien rawat jalan di puskesmas. Secara bersama-sama pasien yang tidak ada pekerjaan, status ekonomi tidak mampu, tempat tinggal di pedesaan dan tidak ada penanggung biaya berobat berhubungan bermakna dengan perilaku pasien rawat jalan di puskesmas. Hubungan adanya penanggung biaya berobat dan tempat tinggal di pedesaan) lebih dominan daripada status ekonomi tidak mampu dan tidak ada pekerjaan terhadap perilaku pasien rawat jalan di puskesmas.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran karakteristik masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010 adalah responden yang memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas dengan jumlah 138 (35%) sedangkan yang tidak memanfaatkan Puskesmas sebanyak 256 (65%) responden.
2. Gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek fasilitas yang tersedia di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010 adalah 147 (37,3%) responden menilai fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas dengan kriteria baik sedangkan responden yang menilai fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas dengan kriteria kurang sebanyak 247 (62,7%) responden.
3. Gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek pendidikan di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010 adalah sebanyak 220 (55,8%) responden dengan pendidikan dengan kriteria tinggi lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas dan responden yang pendidikan dengan kriteria rendah yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebanyak 174 (44,32%) responden .
4. Gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek pekerjaan di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010 adalah 250 (63,5%) responden dengan kriteria bekerja lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas sedangkan pendidikan dengan kriteria tidak bekerja yang memanfaatkan puskesmas 144 (36,5%) responden.
B. Saran
1. Diharapkan pada pihak puskesmas untuk tetap memelihara segala fasilitas yang telah ada agar tetap tampak baru dan terawat baik dilihat sehingga tidak mengganggu kenyamanan pasien yang berkunjung. Sedangkan untuk fasilitas yang belum ada atau belum memadai segera diadakan.
2. Perlu adanya simulasi kesehatan pada masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas yang masih berpendidikan rendah tentang manfaat pelayanan kesehatan Puskesmas.
3. Agar Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat dilaksanakan secara rutin untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat agar memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
4. Agar petugas Puskesmas berpartisipasi aktif agar memberikan pemahaman tentang peran dan pentingnya pelayanan kesehatan sehingga yang tidak bekerja sekalipun tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
5 Komentar
wassalamu'alaikum