TEMPO.CO, Jakarta
- Nama dai kondang, Yusuf Mansur, belakangan membetot perhatian publik
lantaran dituding menggarap perusahaan investasi yang menghimpun dana
masyarakat. Diperkirakan dana yang sudah terkumpul mencapai Rp 500
miliar. Namun, investasi yang ia kumpulkan melalui program Patungan
Usaha dan Patungan Aset itu, diduga belum memiliki izin.
Pengamat pasar modal, Yanuar Rizki, menyatakan, bisnis investasi yang
dilakukan Yusuf Mansur ilegal. Sebab, setiap usaha yang menghimpun dana
masyarakat hanya bisa dilakukan lembaga berizin. "Cita-citanya tidak
salah. Di negara mana pun, penarikan dana masyarakat hanya bisa
dilakukan lembaga berizin, "ujar Yanuar.
Ketika dikonfirmasi, Yusuf Mansur membantah kabar yang menyatakan ia
mengelola dana investasi hingga Rp 500 miliar. "Wuah, kata siapa tuh?
Ada-ada aje. Saya enggak paham beritanya. Mudah-mudahan beneran ya,
hehe, aamiin," kata Yusuf kepada Tempo, Selasa, 16 Juli 2013.
Menurut Yusuf, ia tidak merasa mengelola investasi miliaran tersebut.
Yusuf menjelaskan, aktifitasnya kini hanya sebatas ustad yang bertugas
sebagai pengajar. "Termasuk ngajar bisnis, ngajar usaha. Itu saja,
enggak ada yang istimewa. Selebihnya, mudah-mudahan semua berita (itu)
jadi doa dan kebaikan," ujarnya.
Seperti yang termuat dalam situsnya, Yusuf menjanjikan dana yang
terkumpul tersebut akan dijadikan berbagai bisnis dan usaha seperti
hotel di kawasan Bandar Udara Soekarno-Hatta. Investor akan memperoleh
imbal hasil 8 persen dan cashback (pengembalian dana) dalam waktu 10
tahun. Berikut bisnis yang diidam-idamkan Yusuf.
Lihat: Hotel dan Apartemen sampai Ladang Minyak di Kazhakstan
1. Hotel dan Apartemen
Dengan modal kecil dan dengan cita-cita besar, Yusuf Mansur menjaring
dana masyarakat lewat program Patungan Usaha (PU) dan Patungan Aset
(PA). Yusuf memutarkan uang hasil patungan tersebut di bisnis
perhotelan. Yusuf akhirnya sukses mengakuisisi sebuah hotel dan
apartemen dua menara bernama Topas, yang kelak akan diubah namanya
menjadi Hotel Siti, di dekat kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang,
Banten.
Dalam situs Patungan Usaha, Yusuf Mansur menjelaskan, harga hotel dan
apartemen Topas sekitar Rp 150 miliar. Setiap peserta menanamkan modal
patungan Rp 12 juta. Yusuf membidik 15 ribu peserta untuk memuluskan
proyek tersebut. Yusuf berharap para peserta ini datang dari anggota
majelis taklim yang sering menghadiri ceramahnya.
2. Ladang Minyak Kazahkstan
Di samping hotel, dalam situs Patungan Usaha, Yusuf Mansur juga
bercita-cita dapat mencaplok ladang minyak di Kazakhstan, yang belum
digarap negara bekas pecahan Uni Soviet itu. Yusuf yang mendapatkan
informasi dari koleganya di Pertamina mengatakan, butuh investasi hingga
Rp 1 triliun untuk mencaplok ladang minyak di Kazakhstan itu.
3. Stasiun Televisi Swasta
Dengan modal patungan dari dana masyarakat, Yusuf Mansur juga berniat
membeli dua stasiun televisi swasta. "Nih ya, stasiun televisi
kesayangan saya sekarang tau, kan? Dan televisi 'sodaranya', alias 2 tv,
bakal dilego sama pemiliknya. Atas izin Allah, sekitar Rp 10 triliun.
Nah, itu kan industri strategis," kata Yusuf dalam situsnya.
Menurut dia, umat Islam sudah lama merindukan industri televisi.
"Giliran ada yg dijual, kita ga bisa apa-apa. Dulu teriak-teriak.
He-he-he.. Ayo dong bikin tv, ayo dong bikin tv. Nah, ada tv yang
dijual, meneng wae, he he he. Meneng wae tuh bahasa kawan saya, artinya:
diem aja. Sebab semua merasa itu Rp 10 T darimana? Padahal kan bisa.
Patungan! Itu jawabannya."
Tidak jelas stasiun televisi mana yang dimaksudkan oleh Yusuf. Namun,
pada April hingga Mei lalu Grup Bakrie berniat menjual PT Visi Media
Asia Tbk (VIVA) yang membawahi stasiun televisi TVOne, dan ANTV. Harga
jualnya diperkirakan Rp 18 triliun. Meski belakangan kabar penjualan itu
dibantah Aburizal Bakrie, pengendali Grup Bakrie. Saat ini, Yusuf
Mansur sering tampil di Wisata Hati, yang ditayangkan ANTV
4. Lahan 4,7 Hektare
Yusuf Mansur sepertinya sangat optimistis dengan konsep Patungan
Aset, yang dia usung. Dalam laman Patungan Usaha, Yusuf ingin memboyong
sejumlah aset dan lahan penting. "Tapi ya itulah. Yang gede-gede banget,
kita akan menuju itu. He-he-he, ngimpi aja dulu. Habis itu pray, dan
action dah. Dan ini kan bukan sekedar dream biasa. Dah ada actionnya."
Proyek pertama dari program Patungan Aset, Yusuf ingin membeli sebuah
lahan seluas 4,7 hektare di kawasan Bandara Soekarno-Hatta. Ia
menawarkan pembelian dengan skema pembelian Rp 2 juta per meter. "Biar
mudah sistemnya dibuat dalam bentuk Rp 2 juta per meter. Jadi kalau beli
2 meter berarti Rp 4 juta, beli 6 meter berarti Rp 12 juta," ujar Yusuf
lagi.
Menurut Yusuf, di atas tanah seluas 4,7 hektare itu dia akan segera
menggarap perkantoran, pergudangan, pendidikan, rest area, water-boom,
rekreasi, pusat kuliner, masjid, dll.
Selanjutnya: Sawah di Sukabumi sampai Bank Mutiara
5. Sawah di Sukabumi
Program Sedekah Sawah ini beda-beda tipis dengan Patungan Usaha dan
Patungan Aset. Namun caranya saja yang sedikit berbeda. Yusuf menawarkan
sawah kepada para nasabah yang lantas akan dikelola dan hasil dari
sawah tersebut disumbangkan kepada orang yang kurang mampu. Dalam
situsnya, untuk tahap pertama ada sebidang sawah di Sukabumi.
Harga tanahnya di sana sudah sekitar Rp 300 ribu per meter, namun
Yusuf memberi garansi bahwa dia dapat membelinya jauh dari harga pasar,
yakni Rp 70 ribu per meter. "Insya Allah tidak ada mark-up harga dan
main-main. Sebab urusannya sedekah. Langsung sama Allah tanggung
jawabnya," katanya. Dengan modal Rp 100 ribu per meter, kata Yusuf,
nasabah bisa mengambil satu meter sawah.
6. Bank Muamalat
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengaku Yusuf Mansur
pernah mengutarakan cita-citanya memiliki bank syariah. Dalam satu
perbincangan, kata Dahlan, Yusuf mengatakan ingin membeli PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk. "Dia bilang, masak umat Islam tidak punya bank?"
kata Dahlan di kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Kamis, 18 Juli 2013.
Yusuf, kata Dahlan melanjutkan, ingin agar saham mayoritas Bank
Muamalat kembali dikuasai Indonesia. Saat ini lebih dari 50 persen saham
Bank Muamalat dikuasai pemodal asing. Sebanyak 32,7 persen saham
dikuasai Islamic Development Bank, sedangkan 19 persen dan 17 persen
lainnya dipegang oleh Atwill Holdings Limited dan National Bank of
Kuwait.
"Mungkin enggak kalau tim dari Indonesia mengambil kembali saham
itu," ujar Dahlan menirukan Yusuf. Dahlan menegaskan, Yusuf sangat yakin
bahwa umat Islam Indonesia mampu membeli kembali Bank Muamalat. Dahlan
mengilustrasikan, jika ada 10 juta donatur yang mau menyumbangkan
uangnya masing-masing Rp 500 ribu, dana yang terkumpul tersebut bisa
dibelikan saham Bank Muamalat atau bank syariah lain.
7. Bank Mutiara
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan dan Yusuf Mansyur
ternyata kerap berbagi ide investasi. Kadang ide Dahlan dan Yusuf sangat
liar dan bisa jadi menarik untuk diperbincangkan lebih jauh. Dahlan
mengisahkan Yusuf Mansyur pernah terobsesi memiliki PT Bank Muamalat
Indonesia. Ide itu pun dibalas Dahlan dengan ide lain yakni membeli PT
Bank Mutiara Tbk. Hingga kini Lembaga Penjamin Simpanan yang menguasai
Bank Mutiara belum menemukan investor baru untuk membeli bank bekas Bank
Century itu.
Jika jadi membeli Bank Mutiara, kata Dahlan, Yusuf bisa saja
mengubahnya menjadi bank syariah seperti impiannya. "Saya bilang, ayo
beli Bank Mutiara karena sulit untuk membeli Bank Muamalat. Setelah
dibeli namanya diganti jadi Bank Syariah Indonesia," kata Dahlan di
kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Kamis 18 Juli 2013. Dahlan mengatakan
wacana ini tengah dirampungkan oleh sebuah tim.
ANANDA PUTRI | AFRILIA SURYANIS | FERY FIRMANSYAH | BOBBY CHANDRA
Sumber : http://id.berita.yahoo.com
0 Komentar