Desa Leppangang terletak di kota pinrang hiduplah keluarga yang sangat sederhana, yang terdiri dari seorang bapak, ibu dan satu orang anak yang baru berusia satu tahun. Nama bapak dari anak ini sebut saja Labanggulu dan nama ibu nurjannah sedangkan nama anak ini di berikan nama saat dalam usia kandungan konon saat ibu nurjannah bermimpi. Isi mimpinya ia berjalan di tengah hutan yang rindan, pohon-pohonan yang usianya sudah ratusan tahun bisa dibilang satu abad yang otomatis batang pohon itu sudah tidak bisa di peluk manusia jika sendiri, diperkirakan hanya bisa di peluk pohon itu kalau orang berjumlah sepuluh orang, begitu besarnya pohon itu.
Saat ibu nurjannah terus berjalan diantara pepohonan itu. Yang tidak jauh dari sungai yang warna airnya jika hari rabu dan kamis berwarna merah sedangkan hari lain berwarna seperti biasanya sungai pada umumnya. Saat ibu nurjannah duduk diantara himpitan pohon besar ia di datangi seseorang yang berpakaian sederhana namun ada yang aneh dari orang itu dalam fikiran ibu nurjannah. Iya melihat dari cara mereka berjalan ketika kaki kanannya melangkah mata kanannya berwarna jingga dan jika kaki kirinya melangkah mata kiri berwarna abu-abu dan ketika tidak melangkah matanya seperti biasa pada kebanyakan orang. Saat ibu nurjannah sudah di dekati orang awam itu, ibu nurjannah langsung berdiri seakan muncul dalam raut wajah ketakutaan. Jangan takut' sahut bapak tua itu dengan raut wajah seakan memberikan signal tidak akan menyakiti. Engkau sudah mengandung berapa bulan tanya kembali bapak tua itu, 8 bulan jawab ibu nurjannah. Sudilah engkau memakan satu biji apel ini, sambil memberi, kelak anak yang engkau kandung itu didalam perutmu nantinya akan menjadi anak yang jenius dan berbudi pekerti yang mencintai penciptanya, orang tua dan orang lain. Ibu nurjannah menolak buah apel itu karena takut jangan sampai apel itu berisi rajun, Sambil melamun. Jangan khwatir akan aku tunjukkan kekuataanku sambil mengangkat tangan kanan bapak tua itu. Saat itu juga hujan apel terus berjatuhan. Ibu nurjannah lari berteduh dibawah ranting pohon agar tidak mengenai kepalanya. Silahkan ambil apel yang akan engkau makan, lanjut kata bapak tua itu dan perlu di ingat bahwa apel itu yang jatuh sebagai bahagian kecil kekuataan yang ada dalam tubuhku. Tanpa ragu dan bimbang ibu nujannah memakan apel yang ada di depanya...
Bersambung..
1 Komentar